Literasi adalah
seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis,
berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu
yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut UNESCO pemahaman orang
terhadap literasi bisa dipengaruhi oleh penelitian akademik, institusi, konteks
nasional, nilai-nilai budaya dan juga pengalaman. Kemampuan literasi merupakan
hak setiap orang dan merupakan dasar untuk media belajar kita sepanjang hayat. Kemampuan
literasi dalam suatu lingkungan atau keadaan dapat meningkatkan kualitas
individu, keluarga dan masyarakat karena sifat dari literasi yang dapat
memberikan efek untuk ranah yang sangat luas, kemampuan literasi membantu
memberantas kemiskinan, mengurangi angka kematian anak, pertumbuhan penduduk
dan menjamin pembangunan berkelanjutan dan terwujudnya perdamaian. Literasi tidak
terlepas dari bahasa. Keberagaman bahasa yang menghiasi tanah aiar dapat
dipersatukan lewat bahasa indonesia. Tapi kemampuan literasi seseorang dapat
diperoleh ketika seseorang itu memiliki kemampuan dasar berbahasa yaitu membaca
dan menulis. Jadi kemampuan membaca dan menulis merupakan kunci dari literasi
dan cara memperoleh literasi itu adalah melalui pendidikan dan pengembangan
diri.
Pendidikan dan
pengembangan diri dalam literasi adalah dua hal yang sangat penting. National
Institute for Literacy, mendefinisikan Literasi sebagai “kemampuan individu
untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada
tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat.”
Definisi ini memaknai Literasi dari perspektif yang lebih kontekstual. Dari
definisi ini terkandung makna bahwa definisi Literasi tergantung pada
keterampilan yang dibutuhkan dalam lingkungan tertentu. Merujuk pada hasil
survei United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization
(UNESCO) pada 2011, indeks tingkat membaca masyarakat Indonesia hanya 0,001
persen. Artinya, hanya ada satu orang dari 1000 penduduk yang masih ‘mau’
membaca buku secara serius (tinggi). Kondisi ini menempatkan Indonesia pada
posisi 124 dari 187 negara dalam penilaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Kemampuan
literasi di indonesia terutama di indonesia timur berbeda dengan wilayah
lainnya. Banyak faktor terutama media untuk mereka belajar dan mengembangkan
diri berbeda dengan di daerah perkotaan. Saya sering membaca cerita pengalaman
dari media sosial yang telah mengajar di daerah pedesaan tersebut. Bahawa kemampuan
literasi anak-anak SD di daerah perkotaan jauh lebih baik daripada anak-anak di
pedesaan. Banyak anak-anak di pedesaan sama sekali belum bisa membaca dan
menulis dan belum mengenal huruf pada kelas 1 SD hal ini disebabkan kebanyakan
siswa SD ini masuk tanpa melalui TK terlebih dahulu. Tapi sebenarnya tingkat
literasi sangat bergantung bagaimana lingkungan sekitarnya memberikan kebiasaan
membaca yang cukup dan tidak hanya difokuskan pada materi kurikulum saja. Dengan
begitu rendahnya minat membaca atau budaya membaca di Indonesia tentu akan
berdampak pada rendahnya kualitas sumber daya manusia sehingga masyarakat
Indonesia akan sangat sulit untuk bisa bersaing dengan masyarakat dari negara lain.
Hal yang dapat
menjadi catatan bagi kita semua untuk meningkatkan minat baca masyarakat Indonesia
kita bisa membiasakan membaca sejak dini, dan lebih memperbanyak media untuk
anak-anak dapat mengakses buku bacaan dengan mudah dan tentunya dapat diratakan
di seluruh daerah di Indonesia dan tiap orang di lingkungan sekitar anak
mendukung kegiatan literasi tersebut terutama lingkungan sekolah dan
keterampilan orang tua dalam membimbing anak untuk kegiatan literasi.